Sosok Wayan Rasmini, Ibu Rumah Tangga Lulusan SD Asal Kintamani Berjuang Atasi Krisis Air di Desanya

  • Mei 28, 2024

Ni Wayan Rasmini (Kiri), Perempuan Komunitas Pejuang Hak Atas Air - Sosok Wayan Rasmini, Ibu Rumah Tangga Lulusan SD Asal Kintamani Berjuang Atasi Krisis Air di Desanya

Tribun Bali, Denpasar - Wayan Rasmini merupakan seorang ibu rumah tangga yang hanya lulusan Sekolah Dasar namun memiliki rasa juang yang tinggi untuk mengatasi krisis air di desanya, yakni di Banjar Konyel Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Rasmini memiliki keinginan yang tinggi untuk meringankan beban perempuan-perempuan di desa Kedisan yang mengalami krisis air.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air, warga desa Kedisan harus berjalan sejauh 1 kilometer dari tempat tinggalnya menuju sumber mata air.

Hal ini pula yang dialami oleh Wayan Rasmini yang hanya seorang ibu rumah tangga berharap bebannya diringankan untuk mengakses sumber air bersih.

Air bersih tentu menjadi kebutuhan pokok yang harus tersedia di rumah, karena keterbatasan akses air inilah yang akhirnya membuat Wayan Rasmini memiliki semangat yang tinggi dalam mengatasi permasalahan air di Desa Kedisan.

“Di desa saya, kebanyakan yang mengambil air itu adalah anak perempuan dan biasanya kita baru ada waktu ngambil air pada sore hari karena paginya sudah kita habiskan untuk bekerja, jadi karena kondisi yang gelap, saya takut terjadi sesuatu di jalan pada saat mengambil air belum lagi jarak dari rumah ke sumber mata air itu jauhnya sekitar 1 kilometer. Karena itulah saya punya inisiatif mencari Ibu Buda untuk mengatasi krisis air yang kita alami di desa Konyel,” kata Rasmini.

Perjuangan Rasmini dalam mengatasi masalah krisis air dimulai sejak tahun 2023.

Bermula perjalanannya saat bertemu Buda yang merupakan seorang aktivis dari lembaga LBH Bali WCC (Women Crisis Centre).

Saat itu, ia melakukan sosialisasi bersama rekan-rekanya untuk mengadakan penelitian terkait air bersih.

Wayan Rasmini tak melewatkan kesempatan itu untuk menceritakan permasalahan yang dialami desanya, dengan harapan melalui lembaga LBH WCC ini bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut.

“Saya bertemu dengan Ibu Buda dari lembaga LBH Bali WCC, yang pada saat itu Ibu Buda bersama rekan-rekanya sedang melakukan sosialisasi di Desa Kedisan untuk menangani krisis air bersih, dan saya menggunakan moment itu untuk menceritakan permasalahan yang sedang saya hadapi terkait masalah krisis air di Desa Kedisan, Banjar Konyel, dan beruntungnya beliau merespon dengan baik permasalahan yang saya ajukan,” lanjutnya

Tak sedikit masyarakat yang meremehkan pendapat Rasmini.

Namun ada juga yang mendukungnya untuk mengatasi krisis air ini, sebagian besar masyarakat masih mengandalkan bantuan dari pemerintah.

Sayangnya bantuan yang diharapkan oleh masyarakat kepada pemerintah tak kunjung datang.

Bahkan pemerintah baru turun tangan ketika proses dalam mengatasi krisis air ini selesai.

“Kendala yang saya hadapi tentu saja persepsi dari masyarakat yang cenderung meremehkan. Tapi saya tidak peduli karena tujuannya adalah untuk mengatasi krisis air yang terjadi di desa saya, namun ada juga beberapa orang yang mendukung perjuangan saya,” ujar Wayan Rasmini.

Dalam perjuangannya menyelesaikan permasalahan air bersih, ada kisah unik yang dihadapi oleh Rasmini bersama rekan-rekannya.

Seperti saat mencari letak sumber mata air, Rasmini bersama Buda sampai meminta bantuan kepada pemangku (orang suci) yang berjumlah lima orang untuk mengetahui dimana letak sumber mata air di Desa Konyel.

Dengan kerja sama dari masyarakat sekitar yang sangat optimis bahwa air bersih pasti akan mengalir ke desanya, akhirnya perjuanganya pun tidak sia-sia.

Seperti kata pepatah, usaha tidak akan menghiananti hasil, begitu pula yang dialami oleh Rasmini.

Perjuangan selama satu tahun untuk mengatasi krisis air tercapai dengan hasil yang memuaskan, berkat bantuan dari berbagai pihak.

Bantuan yang diberikan pun beragam, berupa alat-alat penunjang dalam proses pengaliran air seperti kran, pipa dan lain-lain.

Hingga saat ini air sudah mengalir ke Desa Konyel dan mempermudah warga untuk mengakses air bersih.

Harapan Rasmini cukup sederhana, hanya berharap semoga ada lebih banyak orang yang peduli terkait permasalahan yang ada di desanya, sehingga tidak selalu bergantung kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang ada. (*)