LBH WCC Bali Dikunjungi Quantic School of Business and Technology dari Amerika
Bali Women Crisis Centre BWCC adalah wadah bagi perempuan dilingkungan yang resah dengan kondisi kekerasan terhadap perempuan korban kekerasan juga pemberdayaan ekonomi dengan pelatihan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) serta memperjuangkan terhadap hak haknya. Namun pada perkembangannya juga concern posisi perempuan Bali terhadap budaya dan adat.
Hal itu diungkapkan Ni Nengah Budawati, Direktur Bali Women Crisis Centre (BWCC) di ke Kubu Bali WCC, Banjar Kekeran, Tabanan, Bali, Sabtu 13 Mei 2023.
Menurutnya hal tersebut banyak mengundang pihak-pihak yang concern terhadap masalah itu diantaranya dengan kehadiran serta kunjungan dari Quantic School of Business and Technology yang berbasis di Amerika Serikat dengan peserta yakni Putu Sanjaya Setiawan yang berasal dari Singapura dan Chou, Pei-Ting Sarah dari Taiwan.
Diskusi membahas tentang sistem hukum adat Bali, kedudukan perempuan Bali di mata hukum adat dan hukum pemerintahan, dan praktik-praktik baik tentang peran perempuan dan laki-laki secara setara di wilayah lokal.
Selain itu, peserta juga diajak untuk mendapatkan pengalaman membuat jajanan tradisional dengan bahan baku sederhana singkong, gula, dan kelapa di wilayah desa wisata yang diinisiasi oleh BWCC dan kelompok perempuan serta masyarakat Banjar Kekeran.
Adapun kegiatan itu dipandu oleh I Putu Wiraguna Daniswara dari Five Pillars Experience (social enterprise di bidang bisnis perjalanan yang fokus pada pengembangan pariwisata dan dampak secara bertanggungjawab.
Dalam kunjungan ini juga dilakukan diskusi dengan Ni Nengah Budawati, Direktur Bali Women Crisis Centre (BWCC), komunitas paralegal, dan kelompok perempuan dampingan BWCC.
“Mereka tadi kunjungan saja, karena mereka belum pernah ke Kubu Bali WCC, mereka ingin berdiskusi dan bertemu ibu-ibu paralegal/komunitas LBH Bali WCC,” menurut Ibu dari tiga putri ini.
Selain diskusi juga belajar bagaimana cara pengolahan jajanan Bali dari singkong dan gula menjadi pulung-pulung ubi, kegiatan ini dipandu oleh Gadis paralegal yang juga mahasiswa Universitas Udayana ini.
“Sebagai paralegal dan juga biasanya menjadi Instruktur pelatihan ekonomi kreatif di LBH Bali WCC dan Kubu Bali WCC. Salah satunya pelatihan merangkai bunga, melukis diatas media kain atau baju kaos,” terang Gadis.